Kerja-kerja

Tetep Produktif Meski Lagi Males

Aku bukan tipe orang yang punya ambisi maha wow, tapi sering kepengen bikin ini itu. Dari yang kepengen kurus selama beberapa dekade terakhir enggak kesampaian sampai urusan kerjaan yang perlu menggandeng banyak pihak.

Masalahnya? Aku orangnya males repot. Cakep banget kan? 😂 Yang pernah kerja bareng aku, pasti ngerti kalau aku penganut prinsip “KISS” alias Keep It Simple, Stupid.

Di sisi lain, aku juga bukan tipe yang kerja asal-asalan. Sekali niat ngerjain sesuatu, diseriusin. Invest tenaga ke dalam pekerjaan biar hasilnya enggak bikin malu. Tapi justru hal ini yang akhirnya suka bikin males memulai sesuatu.

Nurutin beberapa tips productivity, ide dan kepinginan aku bikin list dan diurutkan prioritasnya. Hasilnya? Yang top priority pun belom tentu dikerjain 😂

Wajar sih kalau ada hari-hari dimana kita ngerasa males, lagi ‘enggak mood’, nunggu inspirasi. Sementara hari-hari lain kita ngerasa sangat produktif. Akhirnya tanpa sadar menunda kerjaan menunggu datangnya si hari inspiratif itu.

Kaya aku nih, menunggu wangsit datang untuk nulis blog. Hasilnya gak nulis sama sekali berbulan-bulan 🤦🏻‍♀️ Untuk yang sama-sama suka guling-gulingan kalo mau mulai kerjaan, mungkin perlu nyoba yang di-recommend artikel Harvard Business Review ini deh.

1. Menunda kerjaan karena khawatir hasilnya akan jelek.

Solusi: bersikap “Prevention Focus”. Yaitu ngeliat kerjaan sebagai cara untuk mencegah kehilangan apa yang sudah kita capai.

Untuk kalian yang sering mikir negative, mungkin ini bisa dicoba. Takut-takutin dirimu sendiri, kalo sampai enggak selesai ini kerjaan, konsekuensinya apa? Berlawanan dengan “Promotion Focus” dimana kerjaan dipandang untuk meraih prestasi, semangat untuk nyelesaiin kerjaan datang dari alasan “biar enggak dipecat” atau “biar IP enggak turun”.

Gloomy banget ya? Tapi yang jelas ini efektif dalam beberapa kasusku.

Dulu waktu pertama kali mau bikin social media untuk Keraton Yogyakarta, serem lho. Tepas Tandha Yekti (TTY) masih baru, seumpama barang tuh masih plastikan. Udah gitu mau bikin sosmed resmi institusi kerajaan yang usianya udah ratusan tahun. Enggak ada yang mengarahkan, mau nyontek kerajaan lain juga nggak tau mana yang bisa dicontek.

Dengan otakku yang kadang maha pesimis, ngitung dong kalo gagal gimana. Sosmed Keraton akan jadi pintu utama informasi tentang Keraton dan budaya Jawa. Apa gak malu dunia akhirat tuh kalo kenapa-kenapa 🙇🏻‍♀️

Akhirnya aku banyak menunda untuk bikin sosmed Keraton, milih ngerjain yang lain untuk menyibukkan diri. Apalagi di TTY itu enggak ada namanya kejar target kayak perusahaan. Selama ada yang motret setiap upacara Hajad Dalem, kita bebas aja mau guling-guling di Tepas, enggak usah bikin-bikin kerjaan baru.

Titik baliknya adalah pas aku nerima message dari seorang guru yang mengeluh kesulitan mengajarkan kearifan lokal untuk anak didiknya. “Mereka bertanya apa istimewanya Jogja”

Duh, kepikiran aku.

Di satu sisi, memang resiko kegagalan akan selalu ada. Perjalanan pun akan panjang, karena TTY waktu itu tidak punya orang dengan skill yang tepat. Tapi di sisi lain, kalau sosmed resmi Keraton enggak digarap nih, resikonya adalah budaya yang ada di dalam Keraton akan luntur kayak naskah yang keburu dimakan serangga karena enggak pernah dibuka.

Pengetahuan tentang Keraton hanya akan bergantung pada informasi dan narasi dari pihak luar, yang belum tentu benar, dan yang mungkin sarat dengan kepentingan orang lain.

Akhirnya aku termotivasi untuk menyelesaikan kerjaan itu, karena aku lebih takut dengan resiko kehilangannya daripada resiko kegagalannya.

2. Menunda kerjaan karena lagi “nggak mood

Solusi: abaikan perasaanmu.

Sebenernya kan kita tidak harus lagi niat, hanya untuk mengerjakan sesuatu. Mau nulis? Enggak ada yang nyetop kita untuk coret-coret. Mau olahraga? Enggak ada yang ngiket kita di kasur kok. Toh apa ya kita bisa bolos ngantor atau kuliah hanya karena lagi enggak mood.

Intinya, kalo lagi ngerasa ogah-ogahan… Just do it kalo kata Nike. Karena enggak ada yang menghalangi secara fisik. Diri kita sendiri lah yang harus diatasi.

Jujur aja, untuk aku ini yang paling susah ditangkal. Rasa ini paling sering muncul untuk hal-hal yang butuh mikir. Misalnya nulis blog ini, atau menerjemahkan ide ke atas kertas untuk direalisasikan.

Mau mulai aja rasanya susah… kalo udah mulai dan macet dikit aja yang kepikiran malah pengen makan, pengen liburan, pengen maen game. Apaaaa aja semua muncul di dalam kepala yang penting bukan kerjaan ini.

Rasanya kayak “Ini macet soalnya lagi enggak mood untuk ngerjain. Coba deh ditunggu pas niat, pasti lantjar djaya”. Ya udah deh hasilnya blog ku enggak ke-update berbulan-bulan.

Sejak Oktober kemarin, aku coba 2 hal. Yang satu adalah “5 seconds rule” nya Mel Robbins dan metode Pomodoro yang pernah aku bahas disini. Kalo dah mulai males, ngitung mundur 5 detik dan di akhir countdown memaksa diri untuk nulis selama 25 menit. Terserah mau nyambung enggak, mau ngawur lah, apa lah, itu dipikir kalo pas ngedit aja. Yang penting nulis.

Hasilnya dapet 1 blog post per 2 minggu, meski mungkin enggak tiap kali hasilnya wow. Tapi kalian masih baca kan? 😆

3. Menunda kerjaan karena susah

Solusi: pakai rencana if-then dan nyicil kerjaan

Terlalu sering kita mengandalkan willpower untuk bikin diri kita kerja. Kayak yang sempet aku bahas di atas, mau mulai aja rasanya susah. Apalagi kalau kerjaannya itu ribet nan rempong.

Berbaik hatilah pada diri sendiri, bikin kerjaanmu berasa lebih gampang dan bikin rencana spesifik kapan, dimana dan ngerjain apa. Moga-moga ini bikin diri kita nggak sempet mikir “Tapi susaaaaah”

Aku sering kepikiran begini kalau kerjaannya gede atau ribet. Misalnya kayak ngurus dokumen yang harus kesana kesini, atau langsung jreng kerjaannya melibatkan sejuta umat. Yang terakhir lebay sih, tapi pernah ngerasa lah ya 👀

Contoh kali ini adalah pas aku kepengen lanjut S2. Ok dimulai dengan browsing universitas di luar negri yang program MBA-nya bagus. Di New York lah, di Spanyol lah, Perancis, Inggris, Itali. Dah pokoknya nggak jelas mau jalan-jalan apa sekolah. Pas bagian ini sih rajin, termasuk berkhayalnya.

Giliran mau apply ke universitas dan nyari beasiswanya dong. Jreeeng! Persyaratannya segambreng. Langsung drop. Maleeeessss banget. Surat rekomendasi, bikin essay yang beda-beda sesuai jurusan, universitas dan lembaga beasiswanya. Belom harus ke Dikti untuk penyetaraan nilai S1, legalisir ijazah dan rapor. Amerika minta test GMAT. Abis ngeliat contoh soal dan nilai minimum, dihadapkan pada kenyataan bahwa aku nggak pinter-pinter amat. Berarti perlu ambil les yang nggak murah juga, dan berarti harus mulai nabung.

Mulai deh si otak justifikasi “Ya udah, lain kali aja lah. Idup masih panjang, kerjaan masih banyak. Setahun dua tahun lagi masih bisa laaaah”

Akhirnya niatku bulat di tahun 2012, karena batas usia untuk beasiswa mulai mepet. Diniatin tiap pulang kantor, nyisihin waktu 30 menit untuk ngerjain apapun yang berkaitan sama hunting S2 ini.

Karena kerjaanku waktu itu adalah project manager, aku kebiasa memecah satu kerjaan besar menjadi beberapa yang lebih kecil. Dari situ aku bisa lebih fokus karena skalanya udah enggak serem lagi. Suatu malem 30 menit itu abis untuk bongkar-bongkar kamar nyari ijazah dan rapor, besoknya abis untuk ngisi satu formulir pendaftaran aja dan seterusnya.

Tapi seperti kata pepatah, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit.

lulus S2 Master of Business Administration

Lulus dengan gelar Master of Business Administration

Kesimpulan

Serajin-rajinnya kita, ada kalanya terintimidasi pekerjaan. Mulai ngerjain aja udah susah banget rasanya, tapi kalo enggak selesai juga mengganjal di pikiran.

Tiga tips di atas bertumpu di pada seberapa kepengen kita merasa lega tidak terbebani pekerjaan yang menggantung. Mengandalkan willpower aja enggak cukup, tapi juga buatlah kerjaan yang susah/rempong/segede gaban itu terasa lebih mudah untuk kita lewatin.

Siapa disini yang juga suka susah untuk mulai/nyelesaiin kerjaan??? 

15 Comments

  1. Kalau saya sepertinya yang alasan nomor 2: “nggak mood”.

    Yang sering terjadi itu kalau ada sesuatu yang tertunda, kayaknya di hari berikutnya kayak nyesel banget, kayak “yaelahhhh padahal kan gitu thok…”, dan dilanjut dengan alasan ini itu lagi.

  2. Ternyata penganut KISS jg 🙂
    Kalau saya sendiri, so far kalau nggak mau kedistract juga menerapkan pomodoro, dan cukup manjur. Awalnya susah, seperti gatel mau buka2 browser atau ada iklan2 rupawan lainnya, tapi lama2 terbiasa, hehehe
    Lalu selain point2 di atas, ada pula soal Grit, ingin tahu saja pandangan Gusti soal ini sprti apa? Kaitannya dgn pencapaian target. Hehe
    Nice sharing, matur nuwun pencerahannya

    • Grit as in perseverance kan? Kalo ini menurutku tergantung how bad you want it dan biasanya yang punya grit yang desperate atau have nothing else to lose.

      Kalau aku terus terang merasa punya grit baru sekali, lulus S2 dengan cum laude. Karena pas dapet beasiswa banyak dicemooh orang, dan diharapkan gagal. Jadi desperate membuktikan orang-orang itu salah. Untuk hal yang lain, aku tidak terlalu ambisius, ngerasa hidupnya cukup, dan dibesarkan dengan budaya nrimo. Jadi gritnya blom ada

      Misalnya pengen kurus gitu. Tapi aku sendiri tidak terlalu peduli pendapat orang lain 😹 tidak masalah juga kalo gendut. Jadi enggak punya niat yang cukup kuat utk jaga makan dan exercise.

  3. Mbak Hayu, salam kenal.

    Wah jadi pengingat dan harus dijalankan nih tips and tricknya. Soalnya memang jebakannya kalau ada ide apa suka takut gagal mengeksekusi lalu nunggu mood ngerjain dateng… Eh taunya sebulan dua bulan lewat aja terus menyesal, gitu aja terus :(((

    Makasih banyak!

  4. intan says

    GKR Hayu: Siapa di sini yang juga suka susah untuk mulai/nyelesaiin kerjaan???
    Me: Sayaaaaa! 😆

    Lalu, sekalinya udah mulai, ternyata bahaya kalo stop sebelum kelar karena bisa-bisa malah nggak kelar abadi – keburu balik malesnya, keburu pindah fokusnya~

    satu lagi, menurut saya penting sih merancang sistem kerja yang baik supaya nggak repot berulang. kan mending dipake leyeh-leyeh [atau ngerjain hal baru lagi]

    * saya masih baca lho mbak blognya, kan stalker. 😄

    • Lagi tengah ngerjain, trus macet, trus kepikiran “Mungkin otaknya lagi butuh asupan gula, makan coklat enak nih”

    • Kuncinya jangan sampai kita sempet mikir lagi “Kerjain nggak ya?” 😀
      Diniatin waktu dan tempat, langsung kerjain 👍🏻

  5. Halo Mbak salam kenal! Sedang twitter walking lalu nemu blognya….

    Tersentil karena suka juga menunda proyek2 pribadi karena alasan #1 … dan uuhm karena ada beberapa distraktor, seperti FFXIV misalnya XD (Btw itu di gambar pertama login screennya Stormblood banget :D)

    Interestingly di FFXIV pun banyak hal yg belum saya kerjakan, seperti mencoba Sigma Savage dan Byakko extreme misalnya…. karena takut menggagalkan raid..
    Trauma Omega savage 3 kemarin lama banget baru bisa clear… :”(

  6. Nurul says

    Mbak Hayu (mohon dimaafkan kalo lancang), salam kenal
    saya termasuk orang yang msih inget terus tulisannya mbak Hayu ttg 5 second rule dan pomodoro yang otak jawirku selalu bilang podomoro (sate kali). Terimakasih banyak sangat menginspirasi (minimal inget teruslahh) , eh kog ya sekarang nemplok lagi disini, dan artikel ini gue banget deh mbak. Tapi ya tep gitu deh, kadang inget kadang enggak kadang sregep kadang bikin pembenaran gak ngerjain, abis itu nyesel dg waktu yang tersia-siakan.
    Mohon ijin share ya mbak, sapa tau akan lebih banyak yang terinspirasi, terimakasih mbak. salam

Comments are closed.